ORANGUTAN: KECIL JADI KAWAN, BESAR JADI LAWAN

Gisel, pendatang baru di BORA, bisa dibilang merupakan orangutan yang beruntung namun juga kurang beruntung. Gisel beruntung dalam kondisi sebat dan aman saat ditemui oleh tim penyelamat dari BKSDA SKW 1 Berau dan COP pada akhir Januari lalu meskipun ia sudah berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan menetap di titik yang sama. Namun sayang, Gisel kurang beruntung karena meski sudah dipindah ke hutan, ia harus dipindah ke pusat rehabilitasi karena terus mendekati manusia akibat terbiasa dengan interaksi manusia.

Saat pertama kali tim COP menemui Gisel, ia sedang bergelantung di pohon mangga kecil yang berada persis diantara dua rumah warga. Terlihat anak-anak menggerombol mengelilingi Gisel, mengajak main dengan memberi makan, bersalaman dan memegang-megang Gisel. Gisel pun tidak menunjukan adanya rasa takut, malah terus merespon ajakan anak-anak tersebut. Ibu-ibu dan bapak-bapak yang tinggal di sekitar pun turut berkumpul, beberapa berlomba menunjukan dan menjelaskan bagaimana Gisel sangat jinak dan bagaimana mereka merawat Gisel dengan memberi makan dan minum dengan rutin.

“Ini (orangutan) sudah lama di sini. Mungkin udah ada 3 bulan. Dia main sama anak-anak dan dikasih makan sama orang-orang di sini soalnya takut mati”, jelas Bu Titin, warga yang rumahnya berada di samping pohon mangga tersebut. “Orang-orang di sini pada senang solanya (orangutannya) lucu, tapi makin ke sini (masyarakat) kesel soalnya dia suka matah-matahin pipa dan ngacak-ngacak rumah. Jadinya kita lapor deh ke BKSDA. Sebenernya ada lagi yang besar yang suka datang, tapi kita gak ada yang berani. Takut”, tambah Bu Titin.

Kecil jadi kawan, ketika besar menjadi lawan. Cerita seperti ini bukanlah cerita yang asing lagi tentang orangutan. Saat orangutan yang ditemukan masih kecil, mereka dianggap lucu dan disayang layaknya anak manusia. namun ketika sudah mulai besar dan menunjukkan sifat agresifnya, orangutan tidak lagi dianggap sebagai kawan, melainkan lawan yang dapat membahayakan keselamatan manusia. Gisel beruntung tidak mendapatkan kekerasan akibat rasa takut manusia. Di tempat dan waktu yang berbeda, orangutan lain tidak mendapatkan kesempatan yang sama dengan Gisel.

Orangutan yang Februari lalu ditemukan di persawahan di Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah contohnya. Ia ditemukan dengan luka bacok yang parah sehingga perlu dijahit sebanyak sembilan jahitan. Atau orangutan Kaluhara 2 yang pada tahun 2018 ditemukan di perkebunan yang berjarak kurang dari 30 km dari tempat ditemukannya Gisel. Ia bernasib nahas hanya dapat bertahan hidup selama 14 jam dari setelah ditemukan karena 130 peluru senapan angin yang bersarang ditubuhnya. (SAR)

Comments

comments

You may also like